Ditulis oleh ALI MORTEZA
Tafsir QS. An-Nisa : 59
يا أَيُّهَا الَّذينَ آمَنُوا أَطيعُوا اللهَ وَ أَطيعُوا الرَّسُولَ وَ أُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنازَعْتُمْ في شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللهِ وَ الرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَ الْيَوْمِ الْآخِرِ ذلِكَ خَيْرٌ وَ أَحْسَنُ تَأْويلاً
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasul-(Nya) dan ulil amri (para washi Rasulullah) di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan rasul, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Tafsirnya :
- Allah menyuruh kepada setiap orang yang beriman dengan berbagai tingkatannya
آمَنُوا disini tidak hanya pada zaman nabi, karena adanya perintah kepada orang-orang beriman yakni bertaqwalah(*), berimanlah(**), dan taatlah kalian(***) dst.
- Tidak setiap orang beriman itu ta’at kepada Allah karena itu orang beriman masih diperintahkan ta’at kepada Allah, begitu juga terhadap Rasul(**), maka mutlak harus ta'at pula kepada Ulil Amr. Karena perintah untuk ta’at di sini memang bersifat mutlak baik pada Allah, Rasul maupun pada Ulil Amr.
- Objek yang harus dita’ati oleh orang-orang yang beriman itu telah jelas di dalam ayat An-Nisa' : 59 ini, yakni objek yang harus ditaati adalah Allah, Rasul-Nya dan Ulil Amr.
- Ayat ini sudah sangat jelas memerintahkan untuk mentaati tiga objek (Allah, Rasul, dan Ulil Amr). Karena, jika perintahnya tidak jelas, maka akan menyebabkan kesalahan bagi yang orang beriman yang diperintahkan untuk melaksanakan perintah itu. Dalam ayat itu diperintahkan untuk ta'at, maka jelas haruslah ta'at.
- Sebagaimana keta’atan kepada Rasul, ini telah jelas siapa subjeknya yakni Rasul. Maka ta'at kepada Ulil Amr pun juga harus jelas siapa objeknya.
- Dalam ayat An-Nisa' : 59 ini, Allah sudah sangat jelas menentukan batasan-batasan perintah yang harus dita'ati itu siapa. Pada ayat ini Allah menentukan objek itu adalah Allah sendiri dan Rasul-Nya. Maka, kedua objek itu sudah jelas. Akan tetapi, bagaimana dengan Ulil Amr ? Maka Allah-pun juga wajib mutlak harus menentukan siapa juga siapa yang termasuk objek kategori Ulil Amr itu.
- Secara keilmuan, spiritual, dan apapun kesemuanya yang ada pada Rasul, haruslah ada dan sama-sama dimiliki oleh Ulil Amr, karena itu Allah memerintahkan orang-orang yang beriman untuk ta'at kepada Ulil Amr juga. Dan jika dilihat dari kesempurnaan Ulil Amr, maka Ulil Amr yang dimaksud sezaman dengan orang-orang yang beriman pun haruslah sempurna juga. Sedangkan orang-orang beriman itu tidak hanya ada pada zaman Rasul saja, sampai detik ini pun banyak orang-orang yang beriman. Lantas dimana Ulil Amr sebagai manusia yang sempurna itu ? Tentunya wajib ada, dan pasti ada pada zaman kita sekarang. Atas kesempurnaan Ulil Amr pada zaman kita saat ini menjadikan orang tidak sempurna (kita) ini tidak mampu mengetahui ketampakannya. Akan tetapi, dialah Ulil Amr zaman kita saat ini. Karena ayat An-Nisa' : 59 ini telah menjelaskan harus ada Ulil Amr untuk dita'ati oleh orang beriman.
- Dengan demikian Ulil Amr bukan lagi termasuk آمَنُوا (orang-orang yang beriman), karena Ulil Amr ini adalah orang yang dita'ati oleh orang beriman. Jika kita adalah seorang anak, maka kita punya ayah secara nampak atau tidak. Maka adanya Ayah secara nampak atau tidak, yaaa . . . kita WAJIB dan TETAP harus ta'at, bukan ?
- Kalau Ulil Amr yang dimaksud itu dipaksakan masuk dalam bagian kategori آمَنُوا (orang-orang beriman), maka pernyataan An-Nisa' : 59 ini dan Allah seharusnya memanggil "Wahai orang-orang yang beriman" atau أَيُّهَا الَّذينَ آمَنُوا itu tidak tepat, karena setiap individu nantinya akan menjadi Ulil Amr. Dan itu mustahil, karena Ulil Amr sebagaimana pada penjelasan sebelumnya di atas, Ulil Amr ini ditentukan oleh Allah sehingga ia sempurna memiliki kesamaan (satu dalam kesatuan) dengan Rasul. Karena Rasul pun ditentukan oleh Allah.
- Perintah ta'at kepada Allah itu memang bersifat mutlak, begitu juga perintah ta'at kepada Rasul dan Ulil Amr ini bersifat mutlak pula. Dan perintah ta'at secara mutlak ini akan mengharuskan kema'shuman orang yang dita'ati oleh orang beriman, dan itu pun juga secara muthlak harus ma'shum Ulil Amr ini.
- Ulil Amr adalah orang yang memiliki ma'rifat kepada Allah yang paling tinggi setelah Rasul, karena tugas Ulil Amr adalah mengantarkan orang-orang yang telah beriman ini menuju ma'rifat Allah.
- Dalam ayat An-Nisa' : 59 ini, pada kata أَطيعُوا tidak diulang lagi pada Ulil Amr sebagaimana pada Rasul dan Allah, yakni sebagaimana kalimat berikut أَطيعُوا اللهَ وَ أَطيعُوا الرَّسُولَ وَ أُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ. Ini menjelaskan adanya kesamaan (sinkhiyyat) antara Ulil Amr dan Rasul, sehingga ta'at kepada Rasul ini sama dengan ta'at pula kepada Ulil Amr, sehingga kalimatnya hanya أَطيعُوا الرَّسُولَ وَ أُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ. Karena kata أَطيعُوا ini hanya ada pada Allah dan Rasul, karena untuk membedakan keta'atan dari sisi dzat. Allah adalah Pencipta, sedangkan Rasul dan Ulil Amr adalah yang dicipta.
- Sebagaimana jika orang itu tidak-ta’at kepada Ulil Amr, maka akan sama dengan orang tersebut tidak-ta’at kepada Rasul. Sehingga, orang tersebut juga tidak-ta'at kepada Allah.
- Adanya kata مِنْكُمْ atau "dari kalian (kalian orang-orang yang beriman)" ini menjelaskan bahwa Ulil Amr ini dalam setiap zaman harus wajib ada.
- Sedangkan Ulil amr adalah orang yang paling mengetahui hukum-hukum Allah karena dia adalah pembawa misi risalah Allah setelah Rasul-Nya. Karena Ulil Amr itu wajib satu kesatuan ma'rifatnya dengan Rasul-Nya.
- Yang membedakan antara Ulil Amr dan Rasul adalah : Rasulullah adalah orang yang meletakkan kebenaran pertama dan Ulil Amr adalah pelanjutnya.
-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-
(*) : Terdapat dalam QS. At-Taubah : 9, yang berbunyi : يا أَيُّهَا الَّذينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَ كُونُوا مَعَ الصَّادِقينَ. Yang artinya : Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan bersamalah dengan orang-orang Shadiqin
(**) : Terdapat dalam QS. An-Nisa' : 136, yang berbunyi : يا أَيُّهَا الَّذينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللهِ وَ رَسُولِهِ وَ الْكِتابِ . Yang artinya : Wahai orang-orang yang beriman, teruslah beriman kepada Allah, Rasul-Nya, dan Kitab
(***) : Terdapat pada QS. An-Nisa' : 59, yang berbunyi : يا أَيُّهَا الَّذينَ آمَنُوا أَطيعُوا اللهَ وَ أَطيعُوا الرَّسُولَ وَ أُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ. Yang artinya : Wahai orang-orang yang beriman ta'atlah kepada Allah, Rasul-Nya, dan Ulil Amr
Referensi :
1. Kitab "Angin Wilayah" Thaba'thaba'i (sekaligus diterjemahkan dari bahasa persia ke dalam bahasa Indonesia)
2. Analisa Penulis
Selengkapnya...